Bahasa Indonesia : Paragraf
Desember 01, 2019
Edit
Paragraf
Penulis : Gusti Arianda
Source : Book From Nursalim, S.Pd, M.Pd
Paragraf merupakan himpunan dari kalimat-kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk suatu gagasan. Dalam paragraf, gagasan menjadi jelas oleh uraian-uraian tambahan, yang maksudnya tidak lain untuk menampilkan pokok-pokok secara lebih jelas. Paragraf tidak lain dari kesatuan pikiran yang biasa terdapat pada kalimat utama ditambah dengan kalimat penjelas. Paragraf juga disebut sebagai karangan singkat, karena dalam bentuk inilah penulis menuangkan ide atau pikirannya sehingga membentuk suatu topik atau tema pembicaraan.
Dengan paragraf kita mendapatkan suatu efek lain, yaitu kita dapat membedakan permulaan tema dan akhirnya. Tanpa paragraf kita kesulitan dalam memahami sebuah bacaan, karena kita terpaksa membaca terus bacaan bacaan tersebut tanpa tahu dimana kita harus berhenti. Lain halnya kalau dalam bacaan tersebut sudah diberikan pembagian atas paragraf-paragraf. Kita berhenti sebentar sesudah sebuah paragraf berakhir. Dengan demikian, kita dapat mengkonsentrasikan pikiran kita terhadap tema yang terkandung di dalam paragraf tersebut.
Tujuan dalam membentuk suatu paragraf :
a. Memudahkan pengertian dan pemahaman dengan memisahkan suatu tema dengan tema yang lain. Bila terdapat dua tema, maka paragraf itu harus dipecahkan menjadi dua paragraf.
b .Memisahkan dan menegaskan perhentia secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian akhir kalimat.
Oleh sebab itu, harus diperhatikan susunan dan kesatuan suatu pokok pikiran pada waktu membentuk sebuah paragraf. Kalimat-kalimat dalam paragraf harus bertalian satu sama lain dan bersama-sama mebentuk suatu bagian yang bertautan.
Walaupun pada prinsipnya paragraf harus terdiri atas rangkaian kalimat-kalimat, tetapi ada juga paragraf yang terdiri atas satu kalimat. Hal ini disebabkan karena, pertama, paragraf itu kurang baik dikembangkan oleh penulisnya, penulis kurang memahami hakikat sebuah paragraf. Kedua, Memang sengaja dibuat oleh penulis, karena ia sekedar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan.
2. Jenis-jenis Paragraf Berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf dapat dibedakan atas paragraf pembuka, penghubung dan penutup.a. Paragraf pembuka Paragraf pembuka adalah paragraf yang ada di awal bacaan. Paragraf ini bertujuan untuk membuka atau mengantarkan karangan atau mengantarkan pokok pikiran dalam karangan. Sifat-sifat paragraf semacam ini harus mampu menarik minat dan perhatian pembaca serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada yang akan diuraikan. Untuk menarik minat pembaca tersebut ada beberapa cara yang dianjurkan, misalnya :1. Mulailah dengan sebuah kutipan, peribahasa, atau anekdot.2. Menunjukkan mengapa subjek itu sangat penting.3. Mebuat tantangan atas suatu pernyataan atau pendapat.4. Menciptakan suatu perbedaan yang menarik.5. Menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu.
b. Paragraf penghubung Paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka dan paragraf penutup. Sifat paragraf penghubung tergantung pada jenis karangannya. Dalam karangan yang bersifat deskriptif, naratif dan eksposisi, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis.
c. Paragraf penutup Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri suatu karangan atau bagian karangan. Dengan kata lain paragraf penutup mengandung simpulan-simpulan pendapat dari hal yang telah diuraikan dalam paragraf-paragraf penghubung. Paragraf penutup bergantung pada jenis karangannya. Dalam karangan yang membicarakan masalah ilmiah atau politis, maka ramalan masa depan merupakan suatu konklusi yang sangat baik. Dalam karangan yang bersifat diskursif atau kontrovesional yang didalamnya dikembangkan pikiran-pikiran atau argumen-argumen, maka simpulan yang baik adalah ringkasan persoalan yang dijalin dengan pandangan pribadi penulis. Hal yang paling esensial adalah bahwa paragraf penutup harus merupakan suatu simpulan yang bulat sehingga benar-benar mengakhiri uraian, serta menimbulkan kesan yang mendalam kepada para pembacanya.
Berdasarkan tema atau kalimat utamanya, paragraf daoat dibedakan atas :a. Paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan pernyataan umum ke pernyataan khusus. Untuk paragraf seperti ini, kalimat utamanya berada pada awal paragraf. Contoh : Tidur ialah keadaan dimana makhluk hidup untuk dapat beristirahat secara alami. Tidur adalah cara setiap makhluk hidup untuk dapat beristirahat dan memulihkan tenaganya. Tidur sangatlah di butuhkan, hal ini karena pada saat tidur organ dalam tubuh akan merileksasi serta dapat membuat tubuh menjadi sehat dan bugar kembali.
b. Paragraf induktif Paragraf induktif yaitu paragraf yang dimulai dari pernyataan khusus ke pernyataan umum. Pada paragraf ini, kalimat utamanya berada di akhir paragraf. Contoh : Seseorang yang lelah akan tidur guna menghilangkan lelah dan untuk membugarkan tubuhnya kembali. Tidur sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebab dari aktivitas tidur tersebut tubuh merelaksasi dan mendetoksifikasi secara alami serta dapat menyeimbangkan metabolisme dalam, oleh karena itu setiap makhluk hidup sangat memerlukannya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tidur ialah keadaan dimana makhluk hidup untuk dapat beristirahat secara alami.
c. Paragraf campuran Paragraf campuran adalah gabungan antara paragraf deduktif dengan paragraf indktif. Pada paragraf ini kalimat utamanya berada di awal paragraf, tetapi diulang lagi di akhir paragraf. Contoh : Tidur ialah keadaan yang di alami makhluk hidup untuk beristirahat secara alami. Tidur sangatlah bermanfaat bagi kesehatan tubuh, hal ini karena dari aktivitas tidur tersebut tubuh akan merelaksasi serta mendetoksifikasi tubuh secara alami, oleh karena itu setiap makhluk hidup sangat memerlukannya. Jadi kesimpulannya adalah tidur adalah keadaan dimana setiap makhluk hidup dapat beristirahat secara alami.
d. Paragraf merata Paragraf merata adalah paragraf yang kalimat utamanya terdapat dalam keseluruhan paragraf tersebut. Dalam paragraf ini tiap kalimat mempunyai kedudukan dan kekuatan yang sama dalam mendukung gagasan utama. Contoh : Pada pagi yang cerah itu, Masirah melompat-lompat meyelusuri pematang. Di kanan kirinya terbentang luas tembakau yang sudah selutut tingginya. Daunnya hijau lebar-lebar, tanda subur karena cukup pupuknya. Sekali-sekali ia berhenti melayangkan pandangannya ke dangau di ujung ladang.
Sudah sejak matahari terbit suaminya menyiangi tembakau. Sekarang tentu sedang beristirahat, karena tidak seorang pun tampak di ladang. Dibayangkannya betapa suaminya terkejut akan terkejut gembira karena ia datang agak pagi kali ini. Lagi pula dalam bakul yang dijinjingnya terdapat makanan kesenangan suaminya. Sayur sambal, sambal terasi, petai bakar, dan ikan tawes asin, ditambah dengan nasi putih yang masih panas, yang berasnya baru ditumbuk kemarin. Masirah tersenyum bahagia.
Pikiran utama dalam paragraf diatas memperjelaskan kegembiraan Masirah melihat ladang dan bertemu suaminya di pagi hari. Kalimat utama dan kalimat penjelas, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Kalimat utama berfungsi sebagai tumpuan atau sandaran bagi kalimat-kalimat penjelas. Sebaliknya kalimat penjelas berfungsi menjelaskan hal-hal yang belum jelas pada kalimat utama. Sifat lain dari kalimat utama adalah kalimat yang merupakan pernyataan umum. Hal ini wajar karena setiap kalimat utama memerlukan pengembangan, perincian, penguraian, penjelasan dari kalimat-kalimat tambahannya. Sebaliknya kalimat-kalimat penjelas (tambahan) yang berfungsi memberikan penjelasan, perincian, dan sebagainya yang sepatutnya berisi penjelasan yang jelas pula. Jenis-jenis paragraf berdasarkan tujuannya : 1. Paragraf Eksposisi Paragraf eksposisi ialah paragraf yang berisikan paparan dari sebuah masalah atau suatu peristiwa. Contohnya : Perlombaan yang sedang berlangsung di adakan oleh ketua RT daerah setempat. Warga masyarakat yang hadir sangat antusias dalam mengikuti kegiatan berbagai jenis lomba yang di adakan. Lomba yang di adakan sangat beragam mulai dari makan kerupuk, tarik tambang, dan sebagainya. 2. Paragraf Deskripsi Paragraf deskripsi ialah paragraf yang berisikan penggambaran keadaan atau suatu peristiwa dengan memakai kata-kata sehingga pembacanya seolah-olah dapat merasakan, melihat, serta mengalami langsung kejadian tersebut.
Contohnya : Gerhana matahari nampak dilangit yang sangat indah. Cahaya matahari yang bersinar membentuk cincin sempurna. Keadaan gerhana matahari tersebut terjadi pada pukul 15.00 WIB. Banyak orang yang ikut melihat gerhana matahari tersebut, ada yang melihat dari bawah pohon, teras rumah, dan sebagainya.
3. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi ialah paragraf yang berisikan cara meyakinkan para pembaca hingga pembaca dapat menerima gagasan dari sang penulis.
Contohnya : Bekerja dengan giat adalah salah satu kunci dari kesuksesan. Seseorang yang memiliki niat yang kuat dalam bekerja akan dapat mengatasi berbagai masalah yang di timbulkannya. Dengan usaha dan niat yang besar, pastilah seseorang tersebut dapat meraih sukses dalam bekerja. Jangan takut untuk gagal dan jadikan kegagalan tersebut menjadi sebuah jalan menuju kesuksesan.
4. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi ialah paragraf yang berisikan bujukan guna mempengaruhi para pembaca supaya mengikuti pendapat dari sang penulis. Paragraf tersebut hampir sama dengan paragraf argumentasi. Bedanya paragraf persuasi dengan paragraf argumentasi adalah paragraf argumentasi berupa fakta sedangkan paragraf persuasi berupa kalimat himbauan serta harapan dari penulis.
Contohnya : Bekerja dengan giat ialah kunci dari kesuksesan. Sebab orang yang rajindalam bekerja dapat mempunyai banyak ilmu yang dapat di pelajarinya serta dapat untuk di terapkan dalam pekerjaannya tersebut. Seperti seorang sales yang menjajakan dan menawarkan suatu barang ke rumah-rumah warga sekitar. Dengan menjajakan barang seperti tersebut, sales dapat mengerti apa yang warga sekitar inginkan. Dan dari data yang di peroleh sales tersebut, ia dapat mengubah barang jualnya menjadi sebuah barang yang banyak warga sekitar suka dan akhirnya barang tersebut banyak di beli. Oleh sebab itu, dengan giat bekerja dan tekun dapat menambah peluang untuk menjadi sukses.
5. Paragraf Narasi
Paragraf narasi ialah paragraf yang berisikan cerita masalah atau suatu kejadian, sehingga para pembaca dapat terhibur atau terharu atas peristiwa yang sedang terjadi tersebut.
Contohnya : Pada hari senin kemarin, kami melakukan kegiatan pendakian ke gunung Bromo. Kami berjumlah 8 orang, 4 orang pria dan 4 orang wanita. Kendaraan yang digunakan adalah bus ekonomi jurusan Bromo. Kami menikmati indahnya perjalanan karena kami disuguhkan pemandangan indah berupa pepohonan yang rimbun dan sangat hijau.
3. Syarat- syarat pembentukan paragraf
Seperti halnya dengan kalimat, sebuah paragraf juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi syarat-syarat seperti kesatuan, koherensi, dan perkembangan paragraf.
a. Kesatuan
Kesatuan dalam paragraf adalah bahwa semua kaliamat yang membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertentu.
b. Koherensi
Koherensi adalah kekompakkan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membentuk paragraf itu.
c. Perkembangan paragraf
Paragraf adalah penyusunan atau perincian gagasan-gagasan yang membina paragraf tersebut.
3. Kesatuan Paragraf
Kesatuan paragraf maksudnya bahwa dalam semua kalimat yang membangun paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal atau mendukung suatu tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa paragraf tersebut hanya membuat satu hal saja. Sebuah paragraf yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam paragraf tersebut.
Karena fungsi tiap paragraf adalah untuk mengembang sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pembaca dalam memahami isi wacana. Penyimpangan itu dapat berbentuk ; pertama, pemasukan sebuah sisipan atau intrupsi yang jelas dalam urutan-urutan yang ada;kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh paragraf itu yaitu setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.
Kalimat yang baik kesatuannya terdiri atas sebuah gagasan utama atau gagasan pokok, Gagasan utama atau gagasan pokok dalam sebuah paragraf biasanya ditempatkan dalam kalimat utama atau kalimat pokok. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang turut membina paragraf itu memuat perincian-perincian lebih lanjut dari gagasan utama tadi. Kalimat-kalimat yang turut membina paragraf itu dinamakan kalimat penjelas.
Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam paragraf itu. Perkembangan paragraf bisa mendahului penampilan sebuah gagasan utama. Hal itu tergantung pada metode pengembangan paragraf yang digunakan.
Dalam tulisan yang baik, terdapat empat cara dalam menempatkan kaimat topik atau kalimat utama yaitu :
a. Pada awal paragraf
Pengertian awal paragraf ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat juga pada kalimat kedua, dengan menempatkan penekanan yang wajar, Paragraf semacam ini biasanya bersifat dedukatif, yaitu mula-mula mengemukakan pokok-pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut harus dipusatkan untuk memperjelas ide atau gagasan sentral tadi.
b. Pada akhir paragraf
Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Dalam hal ini, paragraf bersifat induktif. Paragraf semacam ini harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat mencapai klimaks dalam kalimat pokok yang terdapat pada akhir paragraf itu. Cara ini lebih sulit, tetapi lebih efektif terutama dalam mengemukakan argumentasi.
c. Pada awal dan akhir paragraf
Kalimat utama dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari paragraf. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.
d. Pada seluruh paragraf
Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh paragraf. Dalam bentuk ini tidak terdapat kalimat yang khuhsus yang menjadi kalimat utamanya. Paragraf semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif atau naratif.
4. Koherensi Paragraf
Koherensi adalah kekompakan atau kepaduan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat lain yang membentuk paragraf itu. Kekompakan atau kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami tanpa kesulitan. Sebuah paragraf dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin kepaduan atau koherensinya tidak ada.
Pendeknya sebuah paragraf yang tidak memiliki kepaduan yang baik, akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian-perincian yang tidak lagi berorientasi kepada pokok utama tadi.
Masalah kebahasaan yang turut mempengaruhi koherensi sebuah paragraf adalah repetisi, kata ganti, dan kata-kata transisi.
a. Repetisi
Kepaduan sebuah paragraf dapat mengulang kata-kata kunci, yaitu kata yang dianggap penting dalam sebuah paragraf. Kata kunci ini mula-mula muncul dalam kalimat pertama lalu diulang dalam kalimat-kalimat berikutnya. Kehadiran kata berulang dlam paragraf tersebut berfungsi untuk memelihara koherensi pada paragraf tersebut.
b. Kata Ganti
Merupakan gejala yang cukup umum, bahwa dalam berbahasa sebuahkata yang mengacu kepada manusia, benda atau hal, tidak digunakan dalam bentuk yang berulang-ulang dalam konteks yang sama. Pengulangan kata yang sama tanpa tuuan yang jelas akan membosankan. Pengulangan hanya diperbolehkan kalau kata itu dipentingkan atau mendapat penekanan . Untuk menghindari segi-segi negatif dari pengulangan itu, maka setiap bahasa di dunia ini memiliki sebuah alat yang dinamakan kata ganti. Kata ganti itu timbul untuk menghindari pengulanga kata dalam kalimat-kalimat.
Dengan demikian kata ganti dapat pula berfungsi untuk menjadi kepaduan yangbaik dan teratur antara kalimat-kalimat yang membina sebuah paragraf.
c. Kata Transisi
Kata-kata transisi fungsinya terletak antara kata ganti dengan repetisi. Bila refetisi menghendaki pengulangan kata-kata kunci, serta kata ganti tidak menghendaki pengulangan sebuah kata benda, maka dalam masalah kata transisi di tempuh jalan tengah.
Sering terjadi bahwa hubungan antara gagasan-gagasan agak sulit dirumuskan. Sebab itu diperlukan bantuan, dalam hal ini kata transisi sebagai penghubung atau katalisator antara satu gagasan dengan gagasan yang lain. Dengan demikian dapat terjalin hubungan antara klausa dengan klausa, antara kalimat dengan kalimat. Bahkan dapat terjadi hubungan antara paragraf dengan paragraf.
Ada bermacam-macam kata atau frasa transisi yang biasa digunakan dalam tulisan ilmiah, sesuai dengan jenis hubungannya. Diantaranya adalah :
a. Hubungan yang menyatakan tambahan kepada sesuatu yang telah di sebut sebelumya, yaitu: lebih lagi, tambahan (pula), selanjutnya, disamping itu, dan, lalu, seperti halnya, juga, lagi (pula), berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan lagi, demikian juga, dan sebagainya.
b. Hubungan yang menyatakan perbandingan yaitu: sama halnya seperti: dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebagaimana, dan sebagainya.
c. Hubungan yang menyatakan pertentangan yaitu: tetapi, bagaimanapun juga, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun juga, meskipun, dan sebagainya.
d. Hubungan yang menyatakan tempat yaitu: disini, di situ, dekat, diseberang, berdekatan dengan, berdampingan dengan, dan sebagainya.
e. Hubungan yang menyatakan akibat atau hasil yaitu: sebab itu, oleh sebab itu, oleh karena itu, jadi, maka, akibatnya, dan sebagainya.
f. Hubungan yang menyataka tujuan misalnya: untuk maksud itu, untuk maksud tersebut, supaya,dan sebagainya.
g. Hubungan yang menyatakan singkatan, contoh, dan intensifikasi yaitu: singkatanya, ringkasannya, secara singkat, pendeknya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, yaitu, sesungguhnya, dan sebagainya.
h. Hubungan yang menyatakan waktu seperti: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah, kemudian dan sebagainya.
5. Perkembangan Paragraf
Perkembangan paragraf adalah pengembangan sebuah gagasan utama pada kalimat utama dan hubungan antara kalimat utama dengan kalimat penjelas. Dengan kata lain pengembangan paragraf adalah menghubungkan antara gagasan utama dengan gagasan penjelas. Penulis dapat menjamin kepanduan dengan mengemukakan perincian isi berdasarkan urutan ruang, dimulai dari sudut tertentu dan berangsur-angsur bergerak ke sudut yang berlawanan. Ia dapat juga menggunakan urutan-urutan logis: sebab akibat, umum khusus, klimaks inti klimaks, proses dan sebagainya.
Berikut ini akan diuraikan beberapa metode pengembangan paragraf sesuai dengan dasar pembentukan paragraf.
a. Klimaks dan anti klimaks
Perkembangan gagasan dalam sebuah kalimat dapat disusun dengan menggunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama mula-mula diperinci dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap palin rendah kedudukannya, berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan berikut yang lebih tinggi kepentingannya.Dengan kata lain gagasan-gagasan bawahan disusun sedemikian rupa sehingga tiap gagasan sebelumnya, atau perhatian penulisan terhadap gagasan berikutnya selalu menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan perhatiannya terhadap gagasan-gagasan sebelumnya.
Lawan dari klimaks adalah anti klimaks, yaitu penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan yang lebih rendah ke yang paling tinggi.
b. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah tempat seseorang pengarang memulai menulis. Sudut pandang tidak dianggap sebagai penglihatan atas sesuatu barang dari atas atau dari bawah, tetapi bagaimana kita melihat barang itu dengan mengambil posisi tertentu. Dalam menggunakan sudut pandang pengarang pertama-tama harus mengambil sebuah posisi tertentu, kemudian secara perlahan-lahan dan berurutanmenggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam objek tersebut. Sebab itu urutan semacam ini disebut urutan ruang.
c. Perbandingan dan pertentangan
Perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, objek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.
d. Analogi
Merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari dua hal tadi, sekedar sebagai ilustrasi. Analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang tidak atau kurang dikenal dengan sesuatu yang sudah dikenal baik oleh umum untuk menjelaskan hal-hal yang kurang umum.
e. Proses
Proses adalah suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan-perbuatan untuk menghasilkan dan menciptakan sesuatu, atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.
f. Sebab akibat
Dala hal ini sebab bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai perincian pengembangannya. Tetapi dapat juga terbalik, yaitu akibat dijadikan sebagai gagasan utama sedangkan untuk memahami sepenuhnya akibat itu perlu dikemukakan sejumlah sebab sebagai perinciannya.
g. Umum khusus
Merupakan cara yang paling umum untuk mengembangkan gagasan-gagasan dalam sebuah paragraf teratur. Dalam hal ini gagasan utama ditempatkan di awal paragraf, serta pengkhususan atau perincian-perinciannya terdpat dalam kalimat berikutnya.
h. Klasifikasi
Klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Dalam klasifikasi, tiap kelompok yang diperoleh dalam langkah sebelumnya mungkin masih diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok yang lebih kecil lagi. Walaupun demikian penulis harus memegang prinsip yang jelas tentang dasar klasifikasinya, baik untuk tingkat yang lebih tinggi maupun untuk tingkat-tingkat yang lebih rendah.
i. Defenisi luas
Dalam hal ini, penulis membuat beberapa kalimat, tetapi rangkaian kalimat tersebut membentuk paragraf yang memberikan pengertian yang bulat tentang pengertian itu. Kadang-kadang satu paragraf dianggap belum cukup, sehingga diperlukan rangkaian dari beberapa paragraf, malahan dapat berbentuk sebuah wacana atau bacaan.
6. Membangkitkan Kalimat Penjelas
Membangkitkan kalimat penjelas dapat dilakukan dengan berbagai cara, antar lain:
a. Gaya menceritakan, yaitu menceritakan tentang isi kalimat utama dalam paragraf
b. Kalimat penjelas dapat juga berbentuk pemberian contoh. Hal yang dinyatakan pada kalmat utama dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas yang dimulai dengan kata-kata: umpamanya, contohnya, misalnya, dan sebagainya.
c. Gaya mengemukakan alasan-alasan.
d. Selain itu dapat juga kalimat-kalimat penjelas itu dibangkitkan dengan memberikan fakta-fakta bukan merupakan pendapat pengarang tentang kalimat itu.
e. Membangkitkan kalimat penjelas dapat juga dengan cara menguraiakan akibat-akibat dari keadaan yang dinyatakan oleh kalimat utama. Kita dapat mengembangkan kalimat-kalimat penjelasan.
f. Membangkitkan kalimat penjelas dapat juga dengan jalan menyetujui dulu pernyataan itu, kemudian membantak dengan perkataan tetapi, namun, dan sebagainya.
Jadi, pengembangan paragraf memegang peran penting dalam proses mengarang. Boleh dikatakan dasar keterampilan mengarang ialah mengembangkan paragraf. Melatih seseorang mengembangkan paragraf sebelumnya sudah dimulai pada kegiatan latihan mengarang.
Syarat kesatuan dalam paragraf yang baik mengharuskan peneliti menyesuaikan kalimat-kalimat dalam paragraf hanya menjelaskan satu pikiran saja. Tidak boleh ada satu pun kalimat yang menyinggung dari topik pembicaraan.